Suatu ketika harus ada yang melanjutkan kehidupan saya di dunia maya, merawat facebook, email, dan blog.
SAYA Eko Rusdianto. Saat ini berusia 27 tahun, pada
September nanti akan bergerak menjadi 28 tahun. Sejak 2007 saya aktif
menggunakan media internet sebagai bagian dari kehidupan. Saya percaya, bila
sebenarnya tuhan tidak hanya menciptakan dua dunia, yakni duniawi dan akhirnya,
melainkan menambahkan satu yakni dunia maya.
Dunia maya bagi saya adalah dunia dengan beragam seluk
beluk. Dunia penjelajahan dan pencerahan yang menyenangkan. Tapi bisa juga
menjadi dunia kegelepan.
Di dunia maya, saya mengisinya dengan ragam keilmuan dan
pemikiran. Saya bebas melakukan apa saja. Saya menulis, menulis dan menulis.
Ide-ide saya menjelma seperti arwah yang menembus batas.
Di dunia maya saya punya tiga rumah favorit, weblog (ekorusdianto.blogspot.com), email ( eko.mallo@gmail.com dan eko.rusdianto@yahoo.com) dan facebook (Eko Rusdianto II). Saya merawat
rumah-rumah ini setiap hari. Membersihkannya dan menambah perabotan. Rumah-rumah
ini menjadi bagian penting dari perjalanan kedewasan saya. Rumah-rumah ini
menjadi semacam pengendali untuk mengontrol prilaku. Ketika saya
mengunjunginya, rumah-rumah ini selalu membuat nuansa berbeda, seperti
mengunjungi rumah lain. Selalu ada kejutan.
Di rumah-rumah itu, saya menulis cerita-cerita, mulai dari
diri sendiri, keluarga, pasangan, hingga kisah-kisah orang lain. Kisah-kisah
itu menjadi hidup, belajar berjalan dan menemukan kawan sendiri. Cerita-cerita ini
adalah anak-anak dari rahim kepala saya sendiri.
Rumah-rumah yang kubangun di dunia maya, adalah perjalanan
sejarah diri saya. Perjalanan kehidupan saya. Dia merekam setiap kesenangan dan
kegelisahan saya. Bagaimana kelak rumah itu berbentuk, saya juga belum tahu.
Rumah itu akan tumbuh, menciptakan anak-anak sendiri, perabotan, dan
tetangga-tetangga sendiri.
Anak-anak dari rahim kepala saya itu, akan kutanamkan
semangat dan jiwa yang tegar. Dia harus berani, berani, bukan penakut. Dia akan
tumbuh dengan semangat yang memiliki landasan dan pondasi yang kuat.
SAYA PERTAMA kali memiliki email di yahoo tahun 2007. Dibuatkan seorang kawan, namanya Akbar Abu
Thalib, untuk mengirim aplikasi ke kelas narasi di sindikasi berita Pantau. Perasaan
pertama kali memiliki email, rasanya sangat membanggakan. Hanya beberapa
langkah, surat terikirim tanpa harus mengantri di kantor pos dan membuang-buang
lem untuk menempel prangko.
Akhirnya email itu menjadi bagian penting dari diri saya.
Ketika saya berjauhan dengan pasangan, email menjadi bagian penting, selain
telepon. Email membuat saya bisa menceritakan kisah-ksah dan keseharian saya,
mengungkapkan kerinduan.
Email itu berfungsi menjadi semacam wahana untuk
menyelesaikan masalah, membincangkan, dan mencari solusi. Di email, lalu lintas
kegiatan seperti bersatu.
Lalu kemudian saya membuat email di gmail. Hampir sama dengan fungsi email yang pertama, segala macam
kegiatan berpusat di surat elektornik itu. Tapi gmail lebih pada bank data untuk pekerjaan saya sebagai seorang
reporter. Laporan-laporan dan hasil percakapan dengan seseorang seperti
wawancara berkumpul di email ini.
Ada banyak nama dalam buku alamat email ini. Dalam keadaan iseng, saya senang melihat dan mengetik
nama-nama di email saya. Apa saja yang terjadi dan cerita apa yang terjadi.
Misalkan saya menemukan isi curhatan, menemukan surat
pengunduran diri, menemukan hasil editan tulisan atau juga menemukan surat
penolakan kerja. Rasanya sungguh menyenangkan.
SAYA MEMBUAT weblog akhir tahun 2007 ketika mulai
keranjingan menulis. Ini juga dibuatkan seorang kawan, namanya Didik Irawan. Awal
mula membuat blog ini sebagai bahan evaluasi dan membedah perkembangan menulis
saya. Dan akhirnya ketagihan.
Ketika memulai mengisi rumah blog ini, saya mengetik nama
saya di mesin pencari Google. Nama saya muncul berikut rumah kecil itu, rasanya
sungguh senang. Sejak saat itu, mengisi halaman-halaman blog seperti rutinitas.
Aneh rasanya bila mengunjungi dunia maya, tak melihat rumah itu.
Kini saya sudah menulis 108 entri di laman blog itu. Beberapa
diterbitkan kembali oleh kawan di situs berita. Beberapa lainnya mendapat
tanggapan pengunjung. Ada yang berkomentar kritik, ada yang menyanjung, ada
juga yang sinis. Dan itulah yang membuat anak-anak rahim dari kepala saya itu,
berkembang. Berusaha menjadi lebih baik, untuk tumbuh subur dan bugar.
SAYA MEMBUAT rumah di facebook pada Agustus 2008. Saya
mengibaratkan facebook adalah kehidupan lain di dunia nyata. Ada masyarakatnya,
ada tetangga yang baik hati dan ada yang cerewet. Masyarakat facebook sangat
beragam.
Tapi alasan saya memiliki facebook yang paling utama adalah tempat
menulis dan menyebarkan ide-ide. Saya ingin ide-ide itu dibaca banyak orang,
entah setuju atau tidak.
Di facebook, komunikasi bisa dilakukan dengan dua arah. Saya
bisa beradu argument, saya bisa mempertahankan pendapat dan bisa menemukan
teman. Saya sangat senang, facebook menyediakan halaman luas untuk ide, di
catatan.
Seperti blog, kolom catatan facebook saya isi dengan
ide-ide, namun pada hal yang sifatnya lebih ringan. Diari-diari saya masukkan
dalam halaman itu. Foto-foto kegiatan. Tapi tak jarang, facebook menjadi tempat
pelampiasan kemarahan saya untuk siapa saja, untuk Negara, untuk kekasih, untuk
keluarga, atau siapa pun.
KINI di ketiga halaman rumah saya di dunia maya, email, weblog, dan facebook, ada
ribuan rahasia. Ada ribuan anak-anak rahim kepala saya yang berkeliaran. Ada
ribuan cerita, ada ribuan kisah. Kisah-kisah itu akan terus tumbuh, tumbuh dan
tumbuh, entah sampai berapa banyak, dan seberapa besar.
Lalu timbul pertanyaan, sampai kapan kah saya akan berhenti
membuat anak-anak rahim kepala saya. Tak ada jawaban yang pasti. Namun saya
akan merawatnya sampai mati. Setelah saya meninggal dunia, pada siapa akan
kuberikan kuasa perawatannya? Untuk itulah saya membuat surat warisan ini.
Hingga saat mengetik bagian akhir kalimat ini, saya belum
menemukan orang yang tepat untuk hak waris itu. Mungkin saya berencana
memberikan pada pasangan saya kelak, atau anak-anak saya kelak, atau
kawan-kawan dekat saya, atau saudara saya. Sungguh ini akan menjadi
pertimbangan dan benar-benar harus dipikirkan baik. Agar kelak rumah-rumah itu
tetap menciptakan anak-anak yang sehat yang mampu berlari dengan bebas, kuat,
berani dan cerdas.
0 comments:
Posting Komentar